Selisik-Asyik-Menggelitik

Sebuah buku hebat itu kalau diselisik, terasa makin asyik, lalu menggelitik kita untuk mengiyakan, bahkan mendebatnya. Editor adalah ‘makhluk’ yang kerap bekerja menyelisik naskah. Alih-alih menyelisik naskah, kadang ia pun menyelisik sang penulis–meski hanya beberapa kejadian editor akhirnya menikah dengan sang penulis :).

Jika diselisik, penulis itu ada dalam karakter 3 L. Pertama, penulis lemah yang memasrahkan naskahnya sedemikian rupa kepada editor, bahkan kerap mengiba-iba agar naskahnya benar-benar terbit. Kedua, penulis liat yang punya kekerasan kepala seperti granit. Tidak mau diedit dan tidak gampang pula didebat dengan segudang argumen. Naskahnya ibarat menara gading yang tidak boleh ditata lagi. Ketiga, penulis luwes sebagai penulis favorit para editor karena bersahaja, cerdas, dan mau menerima setiap masukan.

Sepengalaman saya menjadi editor sejak 1995, saya berhadapan dengan tiga tipe penulis tersebut. Namun, yang paling sering memang menghadapi penulis lemah. Kalau bertemu penulis liat, tinggal kita ajak makan dan ngobrol soal hobinya tanpa menampakkan sekali jiwa keeditoran kita, beres. Nah, justru yang lemah ini malas untuk diselisik, sama sekali kurang asyik, dan tentu tak menggelitik.

Penulis buku memang harus unjuk gigih, bukan harus unjuk gigi. Gigih bukan berarti memelas atau malah melambungkan naskahnya setinggi langit, lalu dengan mudah terbanting di tempat sampah para editor. Editor pun bukanlah makhluk setengah dewa dengan senjata mustika gunting sakti mandraguna. Tidak ada alasan editor harus mempermak naskah sedemikian rupa jika penulis sudah gigih membuat naskahnya apik, apalagi dengan kemampuan swasunting (self-editing).

Jadi, … ya itu saja. Saya merasa harus banyak menyelisik, yang asyik-asyik (bergaya Ayu Tingting), dan mencari yang bisa menggelitik.

7 thoughts on “Selisik-Asyik-Menggelitik”

  1. Susah yaa Mas nyari lowongan editor. Kl blm memiliki pengalaman tp mau jd editor, menurut Mas Bambang gmn? Hal apa yg pertama kali harus dilakukan?? *bingung*

  2. Susah ya Mas nyari lowongan editor. :s *curhat* 😀
    Kl blm punya pengalaman tp ingin jd editor itu gmn Mas? Hal apa yg harus dilakukan pertama kali? *bingung*

    1. Lowongan editor banyak. Ya, memang ‘editor’ itu profesi yang sangat spesial sehingga rata-rata mensyaratkan pengalaman, paling tidak pengalaman mengedit lepas. Soal hal apanya, bisa baca buku saya “Taktis Menyunting Buku” atau buku terbaru “Tak Ada Naskah yang Tak ‘Retak'”. 🙂

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *