Writerpreneur Berpeluang Menggarap Potensi Lokal

Saat menulis esai ini, saya sedang duduk di The Coffee Bean Cafe, tepatnya di Plaza Mulia Samarinda. Di seberang mal yang tidak terlalu besar ini terdapat Hotel Mesra International bintang lima yang tertutupi rimbunan pepohonan dengan letak yang agak masuk ke dalam di atas sebuah bukit kecil. Di situlah saya menginap sudah memasuki hari keempat.

Saya berada di ibu kota Kalimantan Timur ini untuk sebuah pekerjaan menulis buku. Malam sebelumnya, saya sempat berbincang-bincang dengan seorang tokoh pengusaha Kaltim yang juga pemilik Hotel Mesra yaitu H.M. Rusli. Bapak empat anak kelahiran 1939 itu dikenal sebagai perintis usaha perhotelan dan pendidikan di Kaltim. Beliau menghadiahi saya sebuah buku profil tentang lima tokoh pengusaha Kaltim yang sukses, berikut buku “setengah jadi” autobiografi beliau bertajuk Hijrah.

BukuBontangKisah beliau tertulis pada urutan keempat di dalam buku tokoh pengusaha Kaltim yang diterbitkan oleh Pemprov Kaltim dan ditulis para wartawan lokal di sana. Sejenak terlintas di benak saya betapa banyak topik yang bisa diangkat dari suatu daerah ke dalam buku, termasuk topik tentang manusia atau tokoh di suatu daerah.

Entah sebenarnya di Indonesia jika kita hitung dari sekian gubernur yang pernah berkuasa sejak 1990 sampai sekarang, berapa orangkah yang dibukukan kiprahnya? Belum lagi tokoh lain, seperti tokoh pendidikan, pengusaha, politikus, tokoh agama, ataupun mereka yang berjasa dari kalangan masyarakat biasa.

Jauh ke belakang pada akhir tahun 2013, saya sempat bertugas lebih dua bulan lamanya di Bontang, tepatnya pada akhir 2013. Bontang, kota yang berjarak sekitar 116 km dari Samarinda itu perlu ditulis sejarahnya karena tidak terpisahkan dari berdirinya PT Badak NGL. Alhasil,  saya pun dikontrak oleh PT Badak NGL (sebuah perusahaan gas raksasa) untuk menulis buku sejarah Bontang dengan perspektif pembangunan yang digagas PT Badak NGL.

Sebagai writerpreneur, saya dapat membaca peluang kebutuhan pemerintah daerah ataupun tokoh-tokoh lokal untuk menyusun dan menerbitkan buku. Kita bisa mengukur kini bahwa banyak kisah sejarah yang harus dituliskan pada rentang waktu 1960-2014 karena umumnya para tokoh yang berkiprah sudah memasuki masa-masa pensiun. Mereka memerlukan satu langkah baru yaitu membukukan kisah hidupnya.

Hampir dapat dipastikan hanya sedikit kota, kabupaten, atau provinsi yang memiliki buku sejarah atau profil yang ditulis dan diterbitkan secara profesional. Begitupun dengan kisah para tokoh-tokoh lokal, terbanyak memang ditulis dengan apa adanya dan tanpa sentuhan kreativitas serta teknik menulis yang baik.

Di sisi lain, Indonesia begitu luas sekali dengan 34 provinsi kini dan ratusan kota/kabupaten yang tersebar. Di setiap daerah itu terdapat pula banyak tokoh dengan kiprahnya yang khas, apakah itu pengusaha, tokoh politik, ataupun tokoh pendidikan, sampai juga tokoh agama yang kharismatik. Harus disadari bahwa membukukan kisah mereka adalah bagian dari kesadaran warisan sejarah, bukan sekadar demi pencitraan belaka.

Pendeknya, seorang writerpreneur, baik secara solo maupun berkelompok dapat mengembangkan bisnis jasa penulisan-penerbitan (publishing service) yang serius. Rasa-rasanya menggarap 1-2 provinsi saja sudah cukup, apalagi menggarap lebih dari itu karena kebutuhan untuk membukukan kiprah seorang tokoh kini bertumbuh kembang, didorong juga kesadaran pentingnya publikasi massal meskipun dalam tingkat lokal.

Namun, tentu seorang writerpreneur harus memiliki bekal untuk terjun ke dalam bisnis jasa yang lebih menjanjikan ini. Saya sebutkan saja lima bekal utama.

  1. Bangun jejaring dengan tokoh-tokohh lokal, seperti politikus, birokrat, pengusaha, pendidik, dan juga tokoh agama. Anda harus rajin membangun komunikasi dengan pemerintah setempat ataupun tokoh setempat, termasuk juga dengan para kuli tinta (mungkin sekarang disebut kuli gawai ‘gadget’).
  2. Usahakan mengisi kegiatan-kegiatan di daerah seluruh Indonesia, seperti seminar, pelatihan, ataupun lokakarya untuk mulai membangun komunikasi dengan daerah atau melakukan travelling ke daerah-daerah dan menulis tentang daerah itu.
  3. Persiapkan diri untuk mampu menulis biografi, autobiografi, serta memoar, termasuk menggunakan metode penulisan yang tepat, seperti penulisan berbasis sejarah. Pelajari seluk beluk daerah yang menjadi tulisan sasaran Anda. Persiapkan juga kemampuan Anda untuk melakukan wawancara dengan berbagai narasumber.
  4. Persiapkan alat kerja Anda yang memadai, seperti laptop, alat perekam suara (kini sudah tertanam juga fiturnya di smartphone), kamera, mobile modem, dan tentunya juga earphone untuk mendengarkan dan mentranskrip hasil wawancara. Bersama alat kerja, tentu Anda harus membawa serta buku-buku sumber dan beruntung jika sudah dalam bentuk e-Book, Anda hanya tinggal membawa tablet saja.
  5. Persiapkan kelengkapan lain yang Anda perlukan kali pertama, yaitu 1) standar tarif jasa Anda; 2) proposal jasa Anda; 3) contoh draf kontrak kerja sama penulisan dan penerbitan; 4) perhitungan-perhitungan lain yang harus Anda pertimbangkan, seperti tingkat kesultian dan lamanya pekerjaan.

Kunci terpenting lainnya adalah kesiapan Anda bukan hanya sebagai penulis, melainkan juga sebagai konsultan penerbitan karena klien pasti akan bertanya perihal lain, seperti pencetakan, peluncuran buku, persebaran buku, dan juga hal-hal teknis lainnya. Anda harus mengoptimalkan pengetahuan tidak hanya sebatas soal menulis.

Tertarik? Peluang baru sudah terbuka!

©2015 oleh Bambang Trim

2 thoughts on “Writerpreneur Berpeluang Menggarap Potensi Lokal”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *