Waktu Membeku Bersama Buku

IMG_6165

Waktu membeku bersama buku/ Tapi kulihat terang cahaya/ Detik membuku bersama laku/ Tapi kudengar sapa menggema/ Bangkitlah bersama kata-kata dan imajinasimu.

(Frankfurt, 14 Oktober 2015)

Hawa di Frankfurt pertengahan Oktober 2015 benar-benar membuat sekujur tubuh saya menggigil. Dari informasi saya dapati suhu siang hari berkisar 7 derajat Celcius, sedangkan malam hari dapat mencapai -2 derajat Celcius.

Walaupun demikian, suka cita telah meliputi hati manakala saya akhirnya berangkat ke Frankfurt untuk kali kelima selama perjalanan karier saya di dunia buku. Perjalanan kelima ini tentu istimewa karena Indonesia menjadi tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. Gempita Indonesia sebagai tamu kehormatan mulai terasa di jalan-jalan yang mendekati Messe Frankfurt.

Saya tiba sehari setelah pembukaan, tepat tanggal 14 Oktober 2015. Sesampai di Messe Frankfurt dan setelah mendapatkan tiket masuk pameran, saya pun bergegas menuju Paviliun Indonesia yang menampilkan buku-buku Indonesia yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman.

Penampakan depan Paviliun Indonesia di FBF 2015.
Penampakan depan Paviliun Indonesia di FBF 2015.

Paviliun Indonesia tampak unik. Di bagian dalam kepungan cahaya temaram membuat hati bertanya-tanya apa makna tampilan seperti ini. Rupanya ini bagian dari rancangan desain yang menampilkan citra beberapa pulau di Indonesia. Pengunjung diajak menyusuri berbagai area bertema.

Kehangatan juga saya rasakan bukan hanya dari ruangan yang berpenghangat, melainkan juga dari buku-buku yang dipajangkan dan sangat membanggakan. Buku-buku itu memang tak mampu mewakili kekayaan 17.000 pulau yang  memancarkan imajinasi, tetapi paling tidak gambaran kekayaan Indonesia dalam soal literasi mencuat di sana.

Beberapa buku yang ditampilkan di Paviliun Indonesia, FBF 2015.
Beberapa buku yang ditampilkan di Paviliun Indonesia, FBF 2015.

Hanya dua kali saya mengunjungi paviliun ini yaitu tanggal 14 dan 15 Oktober 2015. Cukuplah suasana di sana melecut imajinasi saya untuk menuliskan puisi di atas. Saya makin rindu untuk menulis buku meskipun saya tengah berkubang dengan naskah.

Sampai di Tanah Air, satu buku tentang autobiografi seorang pengusaha Jepang sudah saya tuntaskan. Satu buku lagi yang harus tuntas adalah tentang 200 Solusi Editing. Buku-buku adalah kendaraan saya untuk melaju melintasi waktu.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *