Seseorang yang berminat menulis buku dan mampu mewujudkanya tak cukup puas dengan begitu saja. Ia harus menunjukkan kreativitas dan produktivitas menulis jika hendak menjadikannya pekerjaan atau profesi yang menghasilkan.
Ada yang produktif sampai bisa menulis 2-3 judul buku sebulan, tetapi tidak kreatif. Sebaliknya, ada yang kreatif, tetapi setahun hanya satu buku. Soal ini memang bisa diperdebatkan.
Biar saja cuma satu buku setahun, tetapi kan bukunya berkualitas. Ya, itu kalau terjadi demikian. Kalau setahun, tetapi tetap saja tidak berkualitas?
Alkisah di sebuah prakata buku tertulislah kalimat berikut: Sungguh menulis buku ini merupakan perjuangan berat bagi saya. Buku ini sudah saya siapkan beberapa tahun lalu. Ada keraguan yang terus menghantui ketika saya hendak menuntaskan dan menyelesaikan buku ini. Namun, berkat dukungan dari berbagai pihak, terutama istri dan anak-anak saya. Akhirnya, buku ini dapat saya tuntaskan.
Buku sang penulis terbit setebal 54 halaman. Lebih sedikit dari ketentuan Unesco tentang apa yang disebut buku (>49 halaman). Ia sudah mengungkapkan bagaimana jerih payahnya menyusun buku itu bertahun-tahun Hasilnya pun tidak jelas. Lebay!
Ya kreatif itu memang persoalan bagaimana sang penulis selalu memiliki “mata baru” dalam menulis. Ia bisa saja belajar dari karya-karya terbaik yang pernah terbit dan mempelajarinya. Lalu, memunculkan karya baru yang diilhami kreativitasnya dari karya lain.
Bisa juga ia duduk merenung atau melakukan riset untuk menemukan “mata baru” itu. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk kreatif.
Bagaimana dengan produktif? Jika teknik menulis sudah dikuasai dengan baik, produktif hanya tinggal mengetikkan huruf-huruf di layar komputer. Namun, memang harus ada dorongan dan perencanaan sehingga tujuan menulis menjadi jelas. Tujuan utama yang semestinya dipegang adalah publikasi.
Untuk itu, sangat bagus jika seorang penulis sudah memiliki daftar topik yang akan dieksekusi. Apalagi, jika topik itu sudah berwujud sebuah framework atau kerangka tulisan.
Nah, dengan gaya sedikit lebay, izinkan saya berbagi soal kreativitas dan produktivitas menulis buku (nonfiksi) ini dalam pelatihan 10-11 September mendatang. Syukur-syukur Anda bisa ikut untuk mengisi “kursi hangat” yang tersedia di hotel yang terletak di jantung kota Bandung.
Tentulah saya siapkan handout khusus dan juga presentasi dalam salindia (slide) untuk menguak soal nilai tambah kreativitas dan produktivitas menulis. Saya garansi Anda bisa mengeluarkan lebih dari 20 ide tulisan dalam dua hari yang bisa dikembangkan menjadi buku nonfiksi.
Mau dikawal penerbitannya di penerbit mayor? Jangkan mayor, setingkat jenderal juga bisa. Ha-ha-ha lebay lagi. Namun, yang pasti yuk nikmati pengalaman asyik menggagas dan menulis buku nonfiksi tanpa perlu direcoki dengan ketegangan-ketegangan teori. Walaupun begitu, jangan salah. Teori-teori praktis akan Anda dapatkan juga yang membuat Anda benar-benar bersiap menjadi seorang penulis profesional.
Sampai jumpa!
Kenapa acara pelatihannya selalu di hari kerja?
Pertanyaan yang sama juga Pak dari beberapa orang ketika saya menggelar pada hari Sabtu-Minggu: mengapa pelatihannya pada hari libur? Jadi, untuk hari libur saya maklumkan kelas privat karena umumnya pelatihan ini diikuti oleh peserta yang mengajukan dirinya sebagai utusan kantor/lembaga.