Kabar meninggalnya Om Bob–panggilan akrab untuk Bob Sadino–memang mengejutkan. Keluarga menyebutkan Om Bob, seperti dilansir detik.com, meninggal pada pukul 18.05 setelah dirawat selama dua minggu di RS Pondok Indah. Meninggalnya Om Bob disebabkan komplikasi penyakit karena usia. Selamat jalan Om Bob …..
Mendengar nama Bob Sadino pastilah semua orang terkenang dengan sosok yang nyentrik. Ia selalu berkemeja kotak-kotak dengan warna dasar putih dan bercelana pendek jeans. Tampilan ini kerap kali dianggap nyeleneh karena juga kadang digunakan pada saat forum resmi seperti seminar atau talk show. Namun, pengalaman, reputasi, dan prestasi “orang tua” ini membuat segala hal yang tabu itu dimaklumi. Bahkan, ciri khas berpakaiannya itu kemudian diketahui sebagai personal branding untuk dirinya.
Perjalanan usaha Om Bob seperti halnya pengusaha perintis lainnya memang dimulai dari bawah. Tentu bukan dengan cara-cara instan seperti yang banyak digaungkan para “pengusaha muda” kini. Saya memberi tanda petik ganda pada kata pengusaha muda itu karena masih meragukan mereka benar-benar pengusaha, apa tukang jual omongan. Namun, Om Bob pengusaha yang juga omongannya kadang terdengar “nyelekit”. Orang bisa belajar goblok dari Bob Sadino–itu kemudian yang menjadi judul buku beliau, hasil bantuan menulis kolega saya, Mas Dodi Mawardi.
Bicara buku, Om Bob sadar terhadap pentingnya publikasi tersebut. Quote yang mengawali tulisan ini menjadi hidup karena Om Bob yang kini sudah tiada telah mewariskan pengalaman dan pengetahuannya, terselamatkan lewat buku-buku.
Bagi saya para pengusaha yang merintis usaha dari bawah dan berdarah-darah di mana pun berada, kisah mereka pantas dituliskan sebagai inspirasi kaum muda. Dari Om Bob saya juga belajar tidak ada yang instan untuk berusaha, semua dimulai dari kerja keras, ketekunan, kesabaran, dan utamanya membangun jaringan.
Walaupun demikian, Om Bob tidak ingin merumit-rumitkan sesuatu, apalagi dalam berbisnis. Seperti terlontar berikut ini.
“Banyak orang yang tanya, bisnis apa yang bagus?” ujar Bob Sadino.
Saya jawab, “Bisnis yang bagus itu bisnis yang dibuka, bukan ditanyakan terus!”
Jauh sebelum Hermawan Kartajaya menggaungkan soal marketing, Om Bob sudah lebih dulu menyebarkan virus marketing. Seorang teman berkisah bagaimana Om Bob bisa menarik perhatian seorang bule ketika menjual telur ayam negeri dari pintu ke pintu. Pada sekeranjang telur itu diselipi bunga-bunga sehingga tampak menarik. Itulah yang membuat telur-telur ayam Om Bob berbeda meskipun orang lokal menolaknya karena telur ayam negeri kala itu belum dikenal. Usaha ini menjadi cikal bakal supermarket Kemchiks di Kemang yang menjadi langganan para ekspatriat.
Dengan laku nyelenehnya dan omongan ceplas ceplosnya, Om Bob sering dikatai gila. Soal ini, Anda bisa membaca buku Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila! yang dibantu tulis oleh Edy Zaqeus.
Buku Bob Sadino yang saya kenal memang dua yang saya tampilkan karena dua orang penulisnya juga saya kenal baik. Di luar itu, banyak juga penulis lain yang menuliskan tentang Bob Sadino dari bermacam sudut pandang. Hal ini dimungkinkan karena beliau memang sering menghadiri berbagai acara seminar, lokakarya, ataupun dialog-dialog bisnis. Beliau terkenal sangat terbuka untuk membeberkan rahasia sukses bisnisnya.
Namun sayang, belum ada buku autobigorafi lengkap tentang Om Bob. Mungkin sedang disusun atau akan terbit setelah beliau tiada. Sebuah autobiografi lengkap tentu akan menghimpun semua informasi terserak yang melatari perjalanan hidupnya.
Walaupun demikian, dua buku yang saya sebut tadi paling tidak telah menyelamatkan pengalaman dan pengetahuan Om Bob. Kita yang ditinggalkannya akan tetap belajar tentang bisnis sejatinya.
©2015 oleh Bambang Trim