Bambangtrim.com | “Sering kali karunia Ilahi datang tiba-tiba agar para hamba tidak mengklaim bahwa itu muncul karena adanya persiapan mereka.” Tutur bijak dari ulama besar, Ibnu ‘Athaillah mengingatkan saya pada ide/gagasan sebagai karunia.
Seseorang yang ditimpa musibah, apakah itu dalam bentuk kegagalan bisnis ataupun kegagalan lainnya, semestinya ia tetap bersyukur. Mengapa? Karena Allah belum mencabut pikiran dan perasaan (akal budi) dari dirinya sehingga ia masih mampu menemukan gagasan.
Gagasan apa? Paling tidak gagasan untuk bertahan dari gempuran masalah. Gagasan untuk bangkit dari keterpurukan.
Sifat ide/gagasan memang selalu datang tiba-tiba. Boleh dikata seperti jelangkung yang datang tidak dundang, pulang tidak diantar. Ada juga memang ide yang coba kita temukan dengan merenung, atau bahkan melamun. Tiba-tiba lalu kita mendapatkannya. Eureka! Alhamdulillah!
Setiap ide berbuah rencana. Setiap rencana berbuah keputusan. Lagi-lagi sangat mungkin Allah menguji kita bahwa semua ide, rencana, dan keputusan yang kita buat ternyata tidak seperti yang diharapkan. Namun, tidak jarang juga Allah menghibur kita dan memberi pesan–menurut Ibnu ‘Athaillah–dengan nikmat tiba-tiba. Tanpa kita pikirkan dari arah yang tiada disangka-sangka.
Allah ingin menunjukkan semua ide/gagasan dan rencana itu semata-mata berjalan atas kuasa-Nya. Manusia boleh berencana, tetapi takdir Allah juga yang menentukan. Sesuatu yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Sesuatu yang buruk menurut kita, belum tentu buruk menurut Allah.
Karena itu, manusia memerlukan petunjuk, termasuk dalam ikhtiar menulis. Inti menulis karena kita ingin berbagi, terutama terkait perubahan dari diri seseorang menjadi lebih baik. Ide perubahan inilah yang mestinya terbimbing agar kita tidak menuliskan sesuatu yang keliru.
Lalu, gagasan menulis untuk perubahan terkadang kita klaim sebagai kehebatan pikiran kita. Alhasil, kita lupa dengan yang Maha Melecutkan gagasan ke benak kita. Kita menjadi jemawa sebagai penulis.
Namun, kasih sayang Allah tanpa batas. Kita diingatkan-Nya. Dilecutkan-Nya ide lain entah dari mana. Ide yang benar-benar luar biasa. Kita terpengarah bahwa kita yang jemawa ini sesungguhnya tidak ada apa-apanya.
DIA yang Mahahebat memberimu ingatan untuk bermunajat.
Titipan-Nya berupa nikmat yang mungkin saja membuat hatimu terperanjat …. Kau menunggu (rezekimu) di sini, Dia memberimu di sana. Jangan berputus asa dan jangan pula jemawa.[]