7 Haluan Menjadi Writerpreneur

Menjadi penulis sekaligus menjadi pengusaha merupakan impian eksis di dunia industri kreatif yang makin hari makin membuka banyak peluang. “How to be a Writerpreneur” menjadi tema lokakarya yang menarik digelar Ikapi pada Indonesia Book Fair, 22 November 2012. Tercatat 25 peserta mengikuti lokakarya ini yang terdiri atas penulis serta juga para editor.

Bicara soal peluang yang terbuka tentu juga bicara soal ketetapan hati untuk menjadi pengusaha. Jalan menulis kadang tidak dianggap “seksi” sebagai jalan usaha. Karena itu, posisi menjadi pengusaha penulisan memang seperti lowong di tengah derasnya arus permintaan produk jasa penulisan-penerbitan. Begitu pula yang terjadi pada seorang Zulfikar Fuad. Penulis yang kerap menggunakan nama akun Sang Biograf ini akhirnya memutuskan berada di jalan karier menulis setelah sebelumnya sempat menjadi jurnalis. Berasal dari daerah, sempat mengurangi keyakinan beliau untuk mampu bersaing di jalur penulisan. Namun, ternyata yang namanya mengambil spesialis sebagai penulis biografi/autobiografi itu lowong di Indonesia. Ia pun kemudian belajar dari seorang maestro biografi Indonesia, Bapak Ramadhan KH (alm.).

Saya pun ikut meramaikan lokakarya yang justru memang tidak terlalu ramai diikuti peserta ini. Maklum di arena yang sama yaitu panggung utama Indonesia Book Fair 2012 sedang ada Pak CT yang memberikan kuliah umum. Secara berseloroh saya mengatakan kepada para peserta, “Biarkan Pak CT memberikan kuliah umum di sana, kami berdua memberikan kuliah bagaimana bisa membukukan seorang seperti Pak CT.” 

Saya mencoba meringkas hasil lokakarya langka itu karena memang hanya orang-orang tertentu yang dapat melihat peluang ini di depan mata. Writing is not a job; it’s a business! Berikut 7 haluan menjadi seorang writerpreneur profesional.

  1. Anda tahu bahwa ada 1001 alasan untuk tidak menulis, apalagi berada pada jalur karier menulis. Karena itu, ketahuilah satu alasan saja mengapa Anda harus menulis dan mengapa Anda mengambil jalan menulis sebagai jalan karier. Syukur-syukur alasan itu Anda temukan sebelum berusia 30 tahun. Alasan yang membuat Anda akan fokus meningkatkan keterampilan diri di bidang penulisan. Alasan yang selaras dengan impian Anda menjadi seorang profesional, memiliki kebebasan finansial, dan menikmati sekaligus mencintai pekerjaan Anda. Temukan satu alasan mengapa Anda hendak berada di jalur penulisan. Sebaiknya, hindarkan alasan klise karena uang dan ketenaran. Alasan utama bagi saya adalah “tidak ada satu bidang pun di dunia ini yang bisa lepas dari tulis-menulis” sehingga saya bisa menjadi pemain utama di banyak bidang.
  2. Anda harus menyadari kemampuan Anda apakah sebagai penulis generalis atau penulis spesialis. Ada generalis jenis yaitu Anda menguasai fiksi, nonfiksi, dan faksi sama baiknya. Ada pula generalis ranah, misalnya di bidang nonfiksi Anda bisa menulis artikel, berita, proposal, laporan, makalah, atau buku teks. Bukan soal mana yang lebih baik: generalis atau spesialis. Namun, hal penting adalah mengetahui potensi kemampuan Anda untuk seterusnya fokus pada apa yang Anda miliki.
  3. Anda harus menyadari pasar Anda begitu luas, mulai perseorangan, penerbit, institusi bisnis nonpenerbit, LSM, dan bahkan pemerintah. Anda akan tahu bahwa Anda sendiri tidak akan mampu mengerjakan seluruh permintaan. Anda harus insyaf bahwa Anda bukan penulis buku yang hanya memiliki satu pasar yaitu penerbit buku. Anda adalah penulis sejati yang bisa menulis untuk siapa pun selain menciptakan karya-karya mandiri.
  4. Anda harus menyadari posisi Anda sebagai penulis bahwa Anda ada kalanya menjadi penulis mandiri yaitu menulis dengan menghasilkan karya dari gagasan serta pikiran sendiri. Namun, Anda juga siap menjadi penulis jasa dengan menyediakan keterampilan Anda untuk menjadi seorang co writer, ghost writer, atau bahkan posisi lain yaitu sebagai editor. Writerpreneur tidak akan membatasi dirinya pada satu  posisi menjadi penulis yang menawarkan tulisan kepada penerbit buku atau penerbit media massa, lalu menunggu. Writerpreneur adalah seorang penulis yang terus mencari peluang dan menciptakan pasar baru dengan berbagai inovasi.
  5. Anda harus menyadari tentang bisnis atau sedang masuk pada dunia bisnis. Karena itu, terdapat dua pilihan apakah Anda hendak menjadi self employee (profesional) yang bekerja sendirian atau menjadi business owner yang memiliki sebuah tim layaknya perusahaan. Dalam konteks bisnis memang selayaknya Anda memiliki badan usaha atau badan hukum ketika nantinya masuk dalam kancah bisnis penulisan yang B to B (business to business). Model usaha writerpreneur ada bermacam, apakah itu self publisherpublishing service, dan book packager.
  6. Anda harus menyadari pentingnya promosi dan bagaimana orang tahu akan layanan yang Anda berikan karena bisnis jasa seperti ini hampir tidak ada yang mengetahuinya. Anda harus aktif di media sosial dan tentunya mengembangkan website atau blog sendiri yang dapat dikenali orang dengan cara cepat. Siapkan pula perangkat-perangkat bisnis yang harus Anda miliki, seperti kop surat, brosur, resume, portofolio, dan tentunya nama untuk bisnis yang Anda jalankan.
  7. Anda harus percaya bahwa bisnis penulisan-penerbitan yang dijalankan seorang writerpreneur dapat bernilai jutaan, puluhan juta, ratusan juta, hingga miliaran rupiah. Karena itu, Anda pun harus piawai menetapkan tarif jasa Anda sekaligus juga pintar melakukan negosiasi dan berhati-hati dalam membuat MOU atau kesepakatan dengan klien penulisan.

Itulah tujuh haluan menjadi writerpreneur dengan kata kunci TAHU, SADAR, dan PERCAYA. Semua haluan ini akan melempangkan jalan Anda menjadi profesional writer.

 

©2012 oleh Bambang Trim

Komporis Buku Indonesia

6 thoughts on “7 Haluan Menjadi Writerpreneur”

  1. Abu Usamah as-Sulaimani

    1001 alasan untuk tidak menulis bagi yang memasang bendera putih sebelum melangkah, sedangkan bagi yang ingin memulai karena terkompori tulisan ini akan membutuhkan 1001 malam untuk dapat menempuh 7 haluan di atas. 🙂

  2. Pingback: Serdadu Pantai dan Writerpreneur ala Laode Insan | Riri Satria - Notes on Strategy and Management

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *