WRITERPRENEURSHIP

Memang tak letih kita membincangkan soal keterampilan menulis. Keterampilan yang dulu pernah sangat mentereng sehingga para penguasa (raja-raja) merasa perlu merekrut seorang penulis di dalam kerajaannya. Namun, sampai sekarang pun yang namanya keterampilan menulis itu memang keahlian tak sembarangan. Para penguasa, pejabat, dan pemimpin bisnis pun memahami betapa pentingnya tulisan untuk mengeksiskan mereka. Para penulis pun tetap dicari.

Profesi penulis adalah profesi paling fleksibel. Profesi ini bisa dilakoni siapa pun, apakah itu sebagai sambilan/sampingan, paruh waktu, maupun penuh waktu. Memang ada keraguan untuk menceburi profesi ini secara penuh karena tentu terkait dengan bayaran profesional yang belum memadai di satu sisi. Saya boleh mengatakan itu pilihan dan bagaimana passion menulis itu dapat ditingkatkan menjadi serangkaian myelin yang membuat menulis begitu punya harga.

Writerpreneur adalah jawaban untuk soal keraguan ini. Adakah writerpreneurship di dalam dirimu? Writerpreneurship adalah sekumpulan hasrat (passion), ide, dan juga kecakapan melihat peluang dunia tulis-menulis. Lagi-lagi saya mengutip ujaran Dan Poynter: writing is not a job; it’s business. Tulisan adalah komoditas jasa sekaligus produk yang memang bisa dibisniskan atau dijual.

Laras ataupun ranah penulisan itu banyak sekali. Ada yang disebut journalistic writing, academic writing, business writing, entertainment writing, book writing, dan juga literature writing. Anda dapat memilih satu ranah ataupun bermain di banyak ranah, bergantung pada bagaimana Anda mengembangkan keterampilan menulis itu.

Generalis atau spesialis juga adalah pilihan. Anda dapat memilih menjadi penulis khusus buku anak ataupun cerita anak. Anda juga dapat memilih menjadi penulis spesialis biografi tokoh. Sebaliknya, Anda juga dapat memilih menjadi generalis dengan mengembangkan kemampuan dapat menulis berbagai macam produk tulisan. Di sinilah jiwa writerpreneur Anda diuji–dengan kecepatan, kualitas, dan tentu keakuratan.

Writerpreneurship memang sebuah proses panjang atau Anda kelak dapat menemukan short-cut untuk memulainya. Jalan panjang itu termasuk melatihkan kemampuan menulis sendiri sehingga tulisan-tulisan kita mampu memiliki tiga daya: daya pikat, daya ubah, dan daya hibur paling tidak. Writerpreneurship harus didukung kemampuan mengomunikasikan ide-ide penggarapan tulisan dan untuk hal ini Anda memang harus belajar bisnis lebih jauh.

Dalam bisnis penulisan, Anda memang paling tidak harus menguasai juga area yang dekat dengan dunia ini yaitu penerbitan dan percetakan karena klien kemungkinan menanyakan banyak perihal bidang ini. Apa pun yang dimintakan kepada Anda pasti berhubungan dengan penerbitan karya, kecuali tentu tulisan yang bersifat pribadi ataupun internal. Selain itu, tarif tulisan juga benar-benar Anda harus pertimbangkan, terutama juga jenis-jenis kontrak yang berkaitan dengan hak kekayaan intelektual (HAKI). Banyak hal yang memang kadang merepotkan seorang writerpreneur karena tidak adanya panduan untuk profesi ini secara detail.

Ada hal yang juga sangat penting dalam menjalani profesi writerpreneur yaitu kemampuan untuk melakukan supervisi (penyeliaan) dan juga konsultasi terkait dengan tulisan. Kadang-kadang dalam sepengalaman saya, ada saja klien yang meminta di luar yang kita kira. Ada klien yang pernah meminta saya melatihkannya membuat novel karena ia sendiri ingin melakoni diri sebagai penulis novel maka jadilah saya instruktur novel. Ada klien yang meminta kita menjadi co-writer dan ada pula menjadi ghost writer. Ada klien yang mengajak kita diskusi dan larut dalam konsep sehingga kita perlu membongkar semua kemampuan menulis untuk menerjemahkan keinginannya. Paling tidak pancaindra kita bekerja dan dituntut fleksibel untuk menangkap semua ide yang bertebaran.

Writerpreneur adalah tipikal penguasaha kreatif di bidang tulis-menulis atau boleh disebut perajin tulisan. Mereka mampu membaca peluang bagaimana tulisan bisa dijadikan komoditas untuk berbagai keperluan. Jadi, dalam konteksnya, seorang writerpreneur tidak akan lagi berkutat dengan tanda tanya: bisakah saya hidup dari menulis/tulisan? Itu pertanyaan masa lalu. Sekarang tentunya tantangan adalah bagaimana saya memasarkan ide-ide saya yang bisa berupa tulisan ataupun kita menyebutnya secara luas menjadi konten.

Konten itu tertulis, tetapi tidak sebatas sebagai karya tulis karena konten dapat menjadi embrio bagi produk derivatif, seperti buku elektronik, buku multimedia, games, film, musik, dan banyak lagi. Contoh sebuah tulisan yang kemudian menjadi konten adalah Laskar Pelangi yang berubah menjadi film, sinetron serial, pertunjukan musikalisasi. Boleh jadi kemudian akan ada game Laskar Pelangi dan bentuk derivatif lainnya.

Nah, saya melihat seorang writerpreneur juga harus memandang hasi karyanya bukan hanya tulisan, melainkan sebuah konten yang dapat diperas intisarinya menjadi banyak produk. Writerprenurship pun akhirnya juga merupakan cara pandang kita dalam melihat masa depan bisnis tulis-menulis menjadi bisnis konten memasuki era digital.[]

©2012 oleh Bambang Trim, Komporis Buku Indonesia

Pemilik usaha kreatif jasa penerbitan dan perajin buku (book packager) DIXIGRAF dan lembaga training-konsultasi penulisan-penerbitan TrimKom

2 thoughts on “WRITERPRENEURSHIP”

  1. Pingback: Tips Menjadi Writerpreneurship | Pesantren Penulis

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *